MENGENAL DESA PADANG DATAR (KAYEE UNOE)


Balai desa Gampong Padang Datar

             Di tengah-tengah Kabupaten Aceh Jaya, khususnya di Kecamatan Krueng Sabee, terdapat sebuah desa kecil yang memuat banyak cerita tentang kehidupan masyarakatnya yang sederhana, namun kaya akan budaya dan kearifan lokal. Desa ini dinamakan Gampong Padang Datar.

Asal Usul Nama dan Sejarah Desa

Desa ini awalnya dikenal dengan nama Kayee Unoe, yang dalam bahasa Aceh berarti "sebatang kayu yang dihuni oleh lebah. " Nama itu diyakini berasal dari adanya pohon besar yang dulunya dipenuhi dengan puluhan sarang lebah. Namun, seiring berjalannya waktu, nama Kayee Unoe bertransformasi menjadi Padang Datar. Perubahan nama ini terjadi sekitar tahun 1972, pada masa Nurdin Amat memimpin, karena masyarakat biasanya melintasi area padang yang luas untuk berbelanja dan beraktivitas. Kebiasaan inilah yang menjadi inspirasi untuk penamaan desa yang baru.

        Sebelum lahirnya Gampong Padang Datar, Gampong Kayee Unoe dibagi menjadi empat meunasah atau dusun kecil, yaitu:

  • Meunasah Kayee Unoe.
  • Meunasah Teupin Asan.
  • Meunasah Alue Paku.
  • Meunasah Padang Sapek.

Pada masa kepemimpinan M. Yusuf dan (Alm) Bang Karim sebagai Mukim, Gampong Kayee Unoe kemudian dipisah menjadi dua gampong: Padang Datar dan Mon Mata, akibat dari migrasi masyarakat Mon Mata dari wilayah Gunong Peutek, Gampong Paya Seumantok.

Nilai-Nilai Budaya dan Sosial Masyarakat

Seperti halnya desa-desa lain di Aceh, kehidupan warga Gampong Padang Datar sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai agama Islam dan adat budaya Aceh. Tradisi seperti gotong royong, musyawarah desa, kenduri, dan aktivitas keagamaan merupakan bagian integral dari setiap hari masyarakat. Masjid tidak hanya berfungsi sebagai tempat beribadah, tetapi juga sebagai lokasi untuk bermusyawarah dan membangun kebersamaan di antara warga.

Potensi Alam dan Ekonomi Desa

Gampong Padang Datar memiliki potensi yang signifikan di berbagai bidang, terutama pertanian dan peternakan. Wilayahnya yang luas membuat desa ini memiliki lahan sawah dan kebun yang subur. Sebagian besar penduduk bekerja sebagai petani dan peternak, baik untuk sapi, kambing, maupun kerbau.

 

Selain itu, kekayaan sumber daya alam, seperti kerang, ikan tawar dan laut, juga memberi kontribusi pada ekonomi warga. Dengan dukungan yang tepat dari pemerintah dan partisipasi aktif masyarakat, desa ini memiliki kesempatan besar untuk tumbuh menjadi wilayah yang mandiri secara ekonomi tanpa kehilangan identitasnya sebagai desa adat.

Pembangunan dan Infrastruktur

Dalam rangka pembangunan jangka panjang, Gampong Padang Datar terus berusaha meningkatkan infrastruktur, seperti perbaikan dan pembangunan jalan desa, saluran irigasi untuk sawah, serta akses ke pendidikan dan olahraga. Fasilitas seperti lapangan sepak bola dan gedung olahraga bulutangkis (GOR) menjadi elemen penting dari pembangunan yang mendukung aktivitas masyarakat, terutama generasi muda.

Kisah Legendaris dan Peninggalan Sejarah

Salah satu warisan budaya yang menjadi legenda di Gampong Padang Datar adalah keberadaan makam Cut Wan, yang terletak di halaman belakang masjid desa. Makam ini dianggap keramat oleh penduduk setempat dan dianggap sebagai tempat peristirahatan seorang tokoh penting yang memiliki peran besar dalam pembentukan pemukiman ini.

Makam tersebut sudah dikenal sejak zaman penjajahan Belanda, meskipun bukti sejarah yang jelas mengenai Cut Wan masih sulit ditemukan. Menurut cerita yang diwariskan, Cut Wan adalah salah satu pemimpin awal yang mendiami daerah ini.

Selain itu, ada juga peninggalan yang dikenal sebagai "carok beulangong beso", yaitu alat tradisional besar yang digunakan oleh masyarakat di masa lalu untuk memproduksi garam. Tempatnya berada di aliran sungai yang berbatasan langsung dengan Laut Hindia, menunjukkan bahwa area ini dulunya terlibat dalam kegiatan ekonomi pesisir.

Penutup

            Gampong Padang Datar mungkin hanyalah salah satu di antara banyak gampong yang ada di Aceh Jaya. Namun, seperti setiap desa di seluruh Nusantara, gampong ini memiliki kisah yang khas, nilai sejarah, dan kekayaan budaya yang sangat berharga. Di balik kesederhanaannya,  desa ini menyimpan semangat kerjasama, warisan nenek moyang, dan potensi besar yang siap untuk dikembangkan demi masa depan yang lebih baik. 



Mesjid Gampong Padang Datar di dalam kawasan mesjid inilah makam Cut Wan berada




Letak Carok Beulangong beso 














Komentar

Postingan populer dari blog ini

RIZAL MA'RIF

JHAKHY R SAPUTRA